Pages

Selasa, 24 Maret 2015

Bagaimana Cara Menulis Deskripsi Latar?

Salah satu kemampuan penting dalam menulis adalah kemampuan menjabarkan suatu latar sehingga pembaca dapat dengan mudah membayangkan dan menerka latar yang kita maksud atau dengan kata lain mendeskripsikan latar. Ada beberapa latar yang dikenal dalam suatu kejadian: latar tempat, waktu, dan suasana.

Untuk mudahnya menjabarkan latar yang kita maksud sehingga dapat dipahami dan dirasakan dengan benar oleh pembaca, ada satu trik mudah yang dapat kita lakukan. Kita bisa mendeskripsikan latar dengan panca indera kita. Rasakan seolah-olah kita melihat, mendengar, mencium, meraba, dan mengecap. Memang tidak semua latar perlu indera pengecap untuk mendeskripsikannya, tetapi cobalah untuk menggunakan sebanyak mungkin indera yang bisa kita pakai. 

Langkah awal, kita bisa membayangkan dulu pemandangannya seolah-olah kita melihat dan berada di sana. Selanjutnya ketika kita sudah merasa berada di sana, kita akan dengan mudah dapat menjabarkan apa yang kita rasakan menggunakan indera lain. Mari kita mulai.


Lihat gambar di atas? Jangan mencari tahu di kota mana danau itu berada. Tulislah sesuai apa yang bisa kita rasakan jika kita berada di sana. Dalam hal kita menulis cerita fiksi apalagi dengan latar tempat juga fiksi, kitalah yang menciptakan danau itu!

Ini adalah deskripsi yang saya coba buat.

Warna hijau yang kulihat dimana-mana. Air danau yang hijau kebiruan. Rumput-rumput segar nan subur. Pepohonan rindang mengelilingi mengayun-ayun tertiup angin. Betapa segarnya di sini. Betapa sejuknya. Tidak ada kipas angin atau penyejuk udara yang bisa menyaingi nikmatnya angin bertiup di sini.

Ini adalah danau Linou. Membentang indah bak kolam renang raksasa. Airnya jernih sehingga aku masih bisa melihat rerumputan dasar danau di tepiannya yang masih dangkal. Hendak kubermain air di sini. Aku masukkan kakiku di tepian danau. Sungguh dingin. Astaga! ini seperti air dari dalam kulkas yang dituangkan ke sebuah kolam besar. Cukuplah bagiku untuk duduk-duduk saja di tepian danau ini.

Aku duduk di sebuah kursi panjang yang dibuat dari batang-batang bambu sambil menikmati indahnya pemandangan di sini. Di sepanjang tepian danau ini juga terdapat jalan setapak buatan sehingga beberapa orang senang menggunakannya untuk berlari atau sekedar jalan santai.

Cuaca hari ini juga cukup cerah. Walau sedikit tertutup awan mendung tetapi langit masih nampak terang. Sungguh cuaca yang biasa aku senangi jika terjadi di tempat tinggalku. Matahari tidak terik karena tertutup awan tetapi langit tidak juga menurunkan hujan. Angin yang berhembus begitu menyejukkan, bukannya membuatku masuk angin.

Sekian.

Tulisan di atas adalah deskripsi fiksi yang saya buat berdasarkan gambar di atas. Saya menyebutnya sebagai danau walaupun bisa saja itu adalah sebuah teluk. Saya menulisnya dalam waktu sekitar sepuluh menit. Bagaimana? Gampang sekali kok. Cobalah sendiri. Jangan sekali-kali melirik deskripsi buatan saya ketika kamu sedang mencoba mendeskripsikannya. Jangan mau terpengaruh dengan apa yang saya deskripsikan.

Nah iya. Satu hal lagi, patuhilah latar yang kamu buat sendiri atau latar yang kamu lihat. Jika latar buatanmu adalah hutan belantara, jangan mendeskripsikannya sangat ramai penuh orang lalu lalang. Tapi jika memang kamu ingin mendeskripsikannya begitu, jelaskan alasan yang logis semisal sedang terjadi pembalakan hutan. Sebagaimana contoh gambar di atas, saya tidak menggambarkan ada kapal pesiar di sana.

Selamat mencoba!
Salam, Haksa Wiseman.